Dari Jalan Anyelir ke Seluruh Sudut Pare: Perjalanan Kampung Inggris yang Kini Menyebar ke Berbagai Gang
Kisah Kampung Inggris Pare berawal dari sebuah lokasi kecil di Jalan Anyelir, Desa Tulungrejo, Kediri. Di akhir 1970-an, jalan sempit ini menjadi titik pertama kegiatan belajar bahasa Inggris yang kelak mendunia.
Di masa awal, suasananya sederhana. Hanya ada beberapa rumah warga yang disulap menjadi ruang belajar. Setiap sore terdengar drilling kosakata, percakapan bahasa Inggris, dan denting bel sepeda—suara khas yang kini menjadi identitas kampung, sementara warga terbiasa melihat pemuda berlatih di warung, tepi jalan, dan depan rumah. Baca Selengkapnya
Magnet yang Menarik Murid dari Segala Penjuru
Seiring berjalannya waktu, kabar tentang metode pembelajaran yang intensif dan suasana yang mendukung menyebar dari mulut ke mulut. Para pelajar dari berbagai kota dan provinsi berdatangan: dari Surabaya, Jakarta, Makassar, hingga Medan.
Jumlah peserta kursus kian bertambah, sehingga kapasitas Jalan Anyelir tak lagi mencukupi. Penduduk mengubah rumah mereka menjadi asrama, menyulap halaman menjadi kelas darurat, dan membuka warung-warung sederhana yang melayani ratusan murid setiap bulan. Atmosfer “kampung berbahasa Inggris” semakin kuat dan menarik perhatian media nasional.
Ekspansi ke Gang-Gang Sekitar
Lonjakan peminat mendorong pendiri dan alumni membuka lembaga baru di gang tetangga seperti Brawijaya, Cempaka, dan Dahlia.
Gang yang dulu hanya menjadi jalur sunyi menuju sawah kini menampung deretan lembaga kursus, kos-kosan, warung makan, toko buku, dan penyewaan sepeda. Hampir setiap rumah memasang papan nama kursus atau menyewakan kamar untuk peserta. Suara percakapan bahasa Inggris terdengar menggema dari sudut ke sudut, siang dan malam.
Dari Satu Jalan Menjadi Ekosistem Besar
Kini, Kampung Inggris tak lagi identik hanya dengan Jalan Anyelir. Julukan itu merujuk pada seluruh kawasan Pare yang meliputi puluhan gang dan ratusan lembaga kursus. Setiap gang memiliki karakteristik sendiri:
Gang Brawijaya dikenal dengan program intensif TOEFL dan IELTS.
Gang Dahlia ramai dengan kursus percakapan praktis.
Gang Cempaka populer dengan kafe belajar dan tempat nongkrong pelajar.
Perkembangan ini memperluas peluang belajar sekaligus menggerakkan ekonomi lokal, dari kos-kosan dan warung 24 jam hingga bisnis percetakan, laundry, dan rental sepeda.
Identitas yang Tetap Terjaga
Kesimpulan
Perjalanan Kampung Inggris Pare dari Jalan Anyelir ke berbagai gang menunjukkan bahwa ide besar sering berawal dari ruang kecil. Jalan sempit yang dulu hanya menampung segelintir pelajar kini melahirkan ekosistem pembelajaran yang dikenal di seluruh Indonesia dan menjadikan semangat belajar sebagai ikon yang menembus batas serta mengubah wajah desa itu menjadi pusat bahasa Inggris terbesar di tanah air.